Thoughts on Malam 2 Agustus 2023 | 8:42 PM

Belakangan ini, aku merasa "sparks" didalam diri yang menjunjung tinggi produktivitas, menjunjung tinggi hidup penuh harap dan mimpi telah redup. 
Entah kenapa aku merasa seperti bukan diri ku, tapi masih diriku. 
Banyak sekali yang mendasari hal ini terjadi, entah itu dari hubungan yang menimbulkan penuh keraguan dan kepedihan. 
Entah itu dari kondisi uang yang mungkin dapat dikatakan cukup tidak baik, atau entah dari dilema yang mulai datang karena aku sudah berada diambang krisis. 

Ya, agak cringe memang jika mendengar kata krisis. 
Apalagi krisis yang kumaksud sebenarnya adalah krisis eksistensial, aku merasa sulit sekali keluar dari zona nyaman ini. 
Aku merasa takut
Aku merasa seperti pengecut untuk pertama kalinya dalam hidupku. 
Aku merasa aku tidak berani melakukan hal-hal besar
Aku meragukan kemampuan diri dan nilai diri ku, entah apa yang merasuki ku. 

Seperti tidak imbang rasanya, benak ku ingin Aku untuk berleha-leha menjunjung tinggi ketenangan dan kedamaian, namun hati ingin sekali mencapai banyak hal dalam hidup ini. 
Banyak sekali hal-hal yang menghantui ku setiap harinya. 
Rasa sesak yang ditimbulkan karena terlalu banyak barang yang Aku miliki, sampai kenangan akan masa lalu yang terus menerus menghantui ingin dibenci namun dirindukan.
Memang, proses menjadi seorang yang minimalis tidak semudah itu. 
Seperti mengalor ngidul bukan ucapan-ucapan ku? tiba-tiba krisis eksistensial, tiba-tiba menjadi minimalis.
 
Apalah daya aku sekarang lagi runyam sekali pikirannya. 
Aku takut, segala keputusan yang kubuat sekarang karena cinta yang kumiliki kepada seorang lelaki yang bahkan Aku tidak tahu apakah dia pantas mendapatkan diri ku. 
Aku bertanya setiap hari nya kenapa Aku bisa berujung bersama nya, kenapa pada akhirnya Aku bisa menjalin hubungan dengan dia. 
Diatas segala perbedaan yang kita miliki seharunsya itu sudah menjadi pertanda bahwa kita memang tidak ditakdirkan bersama. 

Doa juga sering ku lontarkan "ya Allah, jika dia memang bukan untukku, maka aku mohon jauhkanlah dia ya Allah, namun jika dia memang untukku maka buka kan lah jalan" namun bahkan sampai detik ini, Aku masih menjadi seorang pengecut dan seorang badut yang terus menerus mengada-ngada alasan agar kita terus bersama ketika sejatinya Aku pun meragukan kebersamaan kita yang kita lakukan setiap harinya. Apakah itu wajar?
Apakah itu hal yang baik?
Apakah dengan berpikir seperti itu menjadikan Aku orang yang jahat?

Banyak sekali kekurangan yang dia miliki, namun Aku pun sama. 
Kekurangan dia yang Aku nilai akhirnya juga menyadarkan ku bahwa Aku pun banyak kekurangan yang seharusnya Aku dapat nilai, bahkan Aku perbaiki. 

Lusa aku berulang tahun, entah kapan dan entah apa yang Aku inginkan. 
Sejujurnya, Aku tidak menginginkan apapun melainkan menjadi sosok yang kembali berapi-api akan mimpi-mimpi ku tanpa takut mengejarnya, tanpa takut menyakiti orang-orang disekitar ku jika Aku mengejar mimpi-mimpi ku, seperti dulu. 
Tapi ketakutan itu akhirnya adalah sebuah simbol dari rasa was was ku yang tumbuh akibat dari efek negatif yang diberikan dari pengambilan keputusan sepihak di dalam hidupku. 

Rasanya Aku sudah tidak perduli lagi dengan apapun dan siapapun. 
Rasanya Aku ingin mati saja tapi Aku tentu tak mau mati. 
Aku ingin kembali ke jalan yang benar.

Tapi apa itu benar? sebuah kata tai yang melandasi kesalahan-kesalahan yang manusia buat hingga sekarang, bajingan. 
Bahkan omongan ku semakin melantur. 
Ingin sekali tutur kata ku tuangkan dalam balutan binatang dan kebejatan. 
Tetapi tarikan dan hembusan nafas yang kubuat seakan ingin menyudahi perasaan ini. 

Aku sudah lama tidak menangis. 
Aku sudah lama tidak tersenyum. 
Ada apa dengan diri ku?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teruntuk Diri

7:06 PM \\ 10 Maret 2023

TeruntukMu