Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2022

Nyore kali ini mengigau, begini lantunan nya

Satu dua sifat yang terasa sulit tuk dirubah Menjadi lima enam kesalahan fatal yang terlanjur terunggah Rasanya ribuan tawa tak juga menutupi ribuan tangis yang tertuang Banyak kala dimana air mata yang berjatuhan terasa tak cukup kuat tuk mewakilkan rasa perih yang ada Namun hanya dengan sehela nafas bahagia terasa sederhana dan tenang terasa mampir dimohon jangan pergi Ketika mata sulit tuk melihat dan mulut terasa berat tuk bicara, hanya kerumunan suara dan pandangan yang kemudian muncul dalam benak mewakilkan apa yang terlihat dan yang terucap Hijaunya pepohonan dan gradasi langit yang menuju arah gelap diwakilkan secara bijak oleh warna biru jingga dan keunguan, lucunya adalah hal itu layaknya juga menjadi wakil bahwa sudah semestinya hidup berubah-ubah warnanya Tak ada yang bisa secara pasti menebak dengan tegas langit sore akan berwarna apa hari ini, maka tak ada pupa yang bisa secara pasti menebak dengan tegas lautan manusia mana, serpihan perih dan kecupan bahgia mana yang aka

Jadi, Tanya atau Ditanya?

Namun dari segala hal yang membingungkan Sepertinya yang paling meresahkan untuk ditanyakan adalah Apakah diri ini berubah menuju menjadi orang lain atau berubah menuju diri sendiri?

Tentang Disakiti dan Menyakiti

Berani beraninya aku menggaung deklarasi akan perih dan pahit yang disebabkan oleh mereka yang menyakiti hampir lupa akupun sama, menyakiti Menjadikan kalimat “tak ada niatan” menjadi garda terdepan pembelaan diri ketika menyakiti insan insan yang ingin menghampiri Siklusnya begitu saja ya, aku disakiti oleh mereka yang “tak ada niatan” lalu aku menyakiti mereka walau benar memang aku “tak ada niatan” Terus menerus rasa sakit dimampirkan lalu dilemparkan seperti bola api yang terus ditendang kesana kemari menyebabkan luka bakar yang memar hingar bingar Memberi dan diberi. Melukai dan dilukai. Menyakiti dan disakiti. Mencintai dan dicintai. Melipir lalu pergi. Fakta yang begitu dan begini. Perih melirih. Adil namun tak adil. Manusia, manusia.  Yang datang silih berganti namun yang pergi menindih perih. Perih dan perih yang terus ku lontarkan, seperti tak ada kata lain dalam kamus benak yang mendominasi diri.

Mari nikmati segala rupa yang menyapa hati

Tulisan ini bukan semerta merta ditujukan untuk seseroang, bukan pula untuk diri. Tulisan ini merupakan rakitan yang memang di tuang dalam rangka menumpahkan serpihan lautan benak dalam diri. Begini bunyinya, Benarkah jika tangis air mata melulu merepresentasikan sebuah emosi yang terlalu?  Terlalu Bahagia, terlalu sedih, serta terlalu sakit? Rasanya sulit untuk mengkategorikan perasaan yang melulu timbul beberapa waktu belakangan ini. Ingin sekali rasanya mengeluarkan air mata, agar plong katanya dan kadang memang benar adanya. Namun, jika pahit manis, luka sembuh, sedih bahagia, dan utara selatan yang terus terusan melebur dalam perasaan dan pikiran ini menjadi satu, aku harus bilang itu apa kalau bukan menjadi manusia? Haha, tak perlu dijawab juga Kok. Itu hanya pertanyaan retorika. Sedalam samudera rasanya aku mencari dia yang ingin aku cintai dan ingin bisa dicintai, namun rasanya Kunto Aji paling ahli dalam hal itu, seperti lirik dalam judul lagunya yang berjudul 'Reha

Manusia dan Alasan

Bukanlah suatu hal yang asing ketika seseorang berbicara "Semua terjadi karena alasan" Kemudian diri merasa adanya suatu hal yang perlu di pertanyakan "Apakah manusia mendatangkan sebuah alasan, atau alasan didatangkan oleh manusia?" Diri sendiri adalah salah satu dari mereka yang meyakini bahwasannya semua terjadi karena alasan Diri sendiri yakin, bahwa tiap-tiap cerita yang diukir berupa sebuah pemercik datangnya sebuah alasan Mari kita elaborasi butiran kasus yang mendatangkan 2 kata kunci tersebut (Manusia dan Alasan) 1. Pertemuan antara pasangan, 2 insan muda yang diketuk pintu hatinya oleh kata yang naif, munafik, penuh dusta, namun indah, kuat, bersih, dan benar adanya yaitu " Cinta " Kebetulan? Diri selalu percaya, kebetulan adalah sebuah Takdir yang menyamar Namun jika pertemuan adalah sebuah Takdir, maka alasan lah yang menyatukan 2 insan tersebut, benar? Takdir adalah alasan, 2 insan adalah Manusia Jika Takdir mempertemukan 2 insan Maka Alasan m

Forbes Article and My Sister Wisdom

"There Is A Clear Line Between Oversharing and Being Authentic" That's the title of Forbes Article I have just read 5 minutes ago There's this one time where a person who I have had just known called me a human with " high ego " There's a clear difference between being egoist and individualist, I'm a lone wolf among those flamingo Who cannot live if it's not in a " group " that even the idea of it got me an instant vertigo I spent my whole life showing my true colors to anyone I bumped into  Aiming nothing but to be true I tell every rock I've conquered and every water I've followed Because stories and image doesn't matter once we buried But then, I realize it's not always about being open It's about being vulnerable but not making it as an option Meaning that you can't use it when you want to get attention It's not a tool to get through to someone's vein Because seeking for intimacy with not trust is idi