Postingan

Menampilkan postingan dari 2024

Barasuara – Terbuang Dalam Waktu

Gejolak bara yang kurasa semakin menyala, dalam remangnya lampu di cafe sudut tempat biasa kamu singgah, aku berteriak berharap tidak berpapasan dengan hanyutnya matamu yang membutakan. Namun, leher tak kunjung berhenti melihat setiap sedikit pergerakan yang terjadi di garda terdepan tempat mungil ini. Apa yang kurasakan sesungguhnya tak bisa ku urai dalam kata dan kalimat yang pasti. Hangat mu membawa angin rindu yang menusuk namun membusuk. Dimana dirimu malam ini? Perempuan beruntung nan bodoh mana yang menemanimu hari ini?  Pilu yang kamu rasa, ku coba balut dengan tawa dan riang nya diri ku. Namun pedih yang kurasakan saat ini, membuatmu membagikan tawa riang mu dengan mereka, dengan dia. Kemana perginya kamu saat aku membutuhkan kamu? Aku membutuhkan sosok mu untuk melerai lara yang kurasakan saat ini, mengurai gundah gelisah yang selalu bisa kau buat ringkas. Kejahatan yang telah kau bendung bersamaku, dapat kau ubah menjadi sebuah omong kosong dan makna tak berarti, Hebat y...

Sengsara adalah kamu

Bara yang kamu bawa, ternyata hanya bara kosong yang mengimitasi bara yang menyala di luar sana Menggebu kamu berteriak seolah kamulah yang paling sengsara padahal sengsara adalah kamu Menebar luka dan membalutnya dengan diam dan hilang, seperti biasa Sadarkah kamu, bahwa kehampaan yang kamu rasakan itu menular? Kekosongan dan kesedihan kamu sudah menjadi beban bagi mereka yang mendekat Hina diri mu, maki diri mu, dan kasihani diri mu terus menerus! Ayo, tangisi diri mu! Kamu bakar cahaya demi cahaya yang menerangi pandangan gelap mu Manusia penuh dusta dan omong kosong, nyaring bunyinya, dangkal. Pengecut! Bodohnya mereka membiarkan pecundang sepertimu membakar habis lilin terakhirnya Beruntungnya mereka yang bisa memberikan mu sedikit rasa pedih dan membuang mu dengan nyata Kamu, adalah kesalahan terbesar yang ada dalam diriku Kesengsaraan adalah bahasa kasih darimu Kepedihan adalah bentuk peduli bagimu Kebodohan adalah kelebihanmu Empati adalah hal yang tidak akan pernah ada pada di...

1 PM Thoughts at Shelterville.co

Turns out it is true what they have said, that " the road to success is often a lonely road ". It is lonely, so lonely it gets freezing inside. I'm the type of a person that tend to relish to be a part of something, but most of the times I do also enjoy sharing times on my own.  I did not expect that even in the crowds, nor on my own, I still am feel cold a little bit inside. Feeling left out, feeling not belong, feeling superior yet insecure, feeling undeserving, yet feeling I could do so much more than this all at once. But then along with joy, anger, and sadness. Is a person be able to feel those everything, every time, with everyone all at once? I've heard on a TEDTalks from a 7 year old young girl that " peek a boo " game that adults do to the children could change the world, especially on their first 5 years on earth. I wondered how could that be, so I watched the video till the end. Briefly she pointed out that when adults tend to play with their chil...

Antara

Dalam cahaya redup lampu neon, Kau hadir bak bintang yang hilang, Menyentuh jiwa yang terhanyut sepi, Mengukir luka di relung hati yang dalam. Di setiap jengkal jalan, Ada jejak langkahmu tertinggal, Semerbak harumnya angin malam, Menyeruak dalam ingatan yang membara. Rindu ini, laksana lagu yang terputar, Melodi indah penuh rasa, Namun terhenti di ujung nada, Menjadi kenangan pahit yang tak terlupa. Di antara hampa dan bahagia, Kau adalah sajak yang tak berujung, Setiap bait mengalun lembut, Menggugah rasa yang terpendam, tak terungkap.

Kedataran mendatangkan Malapetaka.

Suara mendering sangat pekik, sampai dalam mimpi, semula dalam laut, lalu dalam panggung. Aku beranjak dari singgahsana ternyaman, untuk membanjiri luka berjalan dengan elemen sendu nan tenang. Bersiap untuk bertemu dengan sumber senyum, dan kontemplasi di hari lalu. Ritual bercermin hari ini tidak seperti hari-hari, bulan-bulan, dan tahun-tahun lalu. Tidak ada senyum atau kembang api dalam diri yang menghampiri, hanya ketegaran dan upaya untuk tetap kokoh, disusul dengan diafragma yang kembang kempis terlalu lama. Hari ini aku masih berupaya untuk bangkit, masih berjuang untuk melangkah, mengulurkan seluruh tenaga yang alam bawah sadarku pun meronta, berteriak tuk pergi. Ombak yang sejuk dan tenang, gemuruh kicauan burung yang berlarian di langit, senantiasa menemani dalam dunia yang lain. Aku rindu, aku rindu tidak terikat, kekufuran bahkan sudah tak layak untuk diperdebatkan, maupun dipertimbangkan. Aku bersyukur, namun kesyukuranku tak mampu meniadakan rasa lara yang begitu dalam k...

Tak Terucap

Kau datang dan pergi, seperti awan yang menggelap di atas langit, membawa hujan tanpa permisi, merusak hari-hari cerahku, tapi ada sesuatu tentangmu yang membuatku terjebak. Kau bercerita dengan tatapan, mengisahkan kisah yang tak pernah terucap, dan aku, dalam kekosongan ini, menyimpan rasa yang tak terduga, cinta yang terselubung dalam keraguan. Ada saat-saat ketika aku ingin berkata, “Apakah kau merasakannya juga?” Namun, kata-kata ini terdiam, terjebak dalam kebisingan perasaanku, seolah-olah harapanku terbenam dalam lautan keraguan. Jadi, di antara keduanya, Aku berjalan tanpa arah, di mana langkahku bergetar, dan setiap detak jantungku adalah pengingat, bahwa kita adalah cerita yang tak terucapkan.

Dalam Pelukan Kenangan

Di antara bayangan yang samar, Aku berdiri di persimpangan, di mana luka lama bertemu harapan baru, sering kali, mataku terhenti, menanti sosok yang tak pernah sepenuhnya pergi. Kau hadir seperti embun pagi, membawa harum kenangan manis, namun dalam setiap detak jantung, ada rasa yang terjebak, terkurung, satu suara berbisik: "Haruskah kita mengulang cerita?" Dalam sunyi, Aku merindukan senyummu, meski hatiku terikat pada yang lain, kapan semua ini akan berhenti? Kau tahu, kan? Bahwa cinta ini—meski terlarang—takkan pernah pudar. Malam-malam ini, setiap bintang di langit mengingatkanku padamu, seperti halusnya bisikan angin, menyentuh relung hati yang terluka, memanggil kembali perasaan yang tak terkatakan. Namun, dalam perjalanan ini, Aku tahu, kita tak mungkin bersatu, seperti dua jalur yang takkan pernah bertemu, Aku akan melepaskan, pelan-pelan, meski rasanya sulit, meski ada kesakitan.

Dalam Cakrawala Kecewa

Dalam cahaya temaram, aku berdiri di batas kesabaran, dihimpit rasa marah yang membara, ketika langkahmu beriring dengan bayanganku, tapi tanpa memberi ruang untukku. Kau datang, seolah tanpa beban, mengundang tawa dan cerita, namun setiap senyummu menambah luka, setiap pertemuan, kau abaikan kehadiranku, seakan aku tak lebih dari bayangan di sudut. Dalam detik-detik yang hilang, aku berusaha mengerti, apa yang kau cari dalam perjalanan ini, apakah aku sekadar pemanis dalam hidupmu, saat kau butuh sandaran, ketika tak ada yang lain? Ketika kau duduk bersamanya di antara tawa dan obrolan hangat, aku merasakan bara api yang menjulang tinggi, seolah semua usaha yang kupersembahkan, hanyalah setetes air di lautan egomu.

Hujan di Rabu Kelabu

Seperti ada yang aneh dalam benak ku, Atau mungkin perasaan ku.  Mulut dan pikiran ku pun tak dapat memahaminya. Bunyi hujan yang cantik dan hangatnya hembusan angin hari ini seperti membawa firasat yang tak beralamat lepaskan, lepaskan semua hiruk pikuk rasa ini terlalu banyak aku tak kuat bak air tak kunjung terbendung, ia mengamuk membasahi seluruh tiang yang tak lagi kokoh Hadirkan tenang, hadirkan diam Hadirkan tenang, hadirkan hening Hadirkan tenang, hadirkan sunyi Hadirkan tenang, kumohon hadirkan tenang Pergi kau gundah, jauhkan resah "lihat segalanyaaaa lebih dekaat" jiaaak, gakye sherina "Enyah saja kau pekat, Bosan aku dengan penat" jiaaak, gakye cinta Wes lah ngono tok

Kamu yang pernah Ku Bidik

Entah pikiranya Entah cara bicaranya Entah kenangannya atau Entah dirinya melulu membuat diri terpukau namun najis Aku meracau kamu singgah dan pergi tak acuh terlena dalam diri sampai kacau menghitung waktu kamu pun sirna tak ada lagi yang perlu ku khawatirkan kita akan melanjutkan masing-masing jangan datang dulu, pergi kamu pergi ku tak apa, benar kau tak apa, sungguh? kita adalah bukan ya, memang tak mungkin itu pasti rajutan cuplikan kita akan terikat abadi dalam diri walau bagimu tak seberapa namun bagiku segalanya kepingan kemarin adalah bukti bahwa sedari dulu peranan diri ini  semestinya berjalan dalam diri selamat tinggal kamu yang pernah ku bidik berbahagialah.

Juli yang Sukar

5/7/24 Pada pukul 1 malam ini,  Aku terhanyut dalam distraksi kotor yang sudah ku rakit sedari lalu.  Aku tenggelam dalam kehampaan dan kekosongan akan layar yang membutakan.  Takut, aku Takut.  Ingin hilang aku dikenang,  Mimpi buruk yang tlah jadi nyata  Kini tak lagi rasanya aku ingin berapi. Batu yang begitu besar dan berat telah meninggalkan bekas memar yang tak kunjung cokelat,  Ungu kebiruan dia menjadi bengkak nan bungkuk. Kosong dan muram yang aku rasa berharap kepingan asa kan membara kembali diam, diam aku sumpahkan kau tuk diam rusuh kau pergi saja berisik, aku ingin hening bajiiiinnngggaaannnnnnnn kau nestapa!  

Bali, 2021

Gambar
Kenangan demi kenangan telah membelenggu ku Kepingan tawa yang terngiang dalam benak ku Sejuknya perasaan yang membuat nafas ku melambat Lalu dihantui oleh emosi campur aduk yang menutup   Bali, 2021 Kemana dirimu yang riang dan berani? Menjalani hidup, seperti tidak ada hari esok Tertawa dan menangis layaknya orang paling ringan   Bali, 2021 Kemana dirimu yang berapi dan mengalir? Jelajahi siang dan malam layaknya petualang sejati Berkelana kesana kemari, tak ada aturan   Bali, 2021 Keputusan bodoh mana yang tak kau buat dimasa itu? Keputusan benar mana yang kau sesali? Apakah kamu puas dengan hidupmu sekarang, Tania?   Masa lalu memang tidak ada Tapi ternyata, yang tak ada pun tajam menusuk rasa ya? Rindu aku rindu, Bali Rindu aku kepada realita pada kala itu   Malang, 2024

Udara yang baru membawa sejuta kenangan biru

Dia datang lagi, Puan Dia datang membawa kenangan  Kenangan yang sudah 90 juta detik menjadi sebuah angan Usang dan kusam, ia datang membawa harapan Dengan kokoh dan buta nya dia memainkan peran  Seorang tokoh yang memberi kesan bahwa dia adalah seorang teman Kita pernah berada didalam suasana yang sejalan Merah mawar merekah dia menjadi bagian dari perjalanan Puan, apakah aku berdosa untuk memikirkan dia dengan penuh rasa? ketika asa sudah tidak lagi dengannya? sebut aku naif dan bodoh, aku masih menyukainya dia hadir dengan seluruh pengingat akan kenapa aku percaya perihal salah dan benar sepertinya sudah tidak lagi penting bagiku ketika menyangkut apa yang sudah terjadi di masa lalu aku hanya bisa tertawa dan merasa Puan, berhentikan aku, jangan tenggelamkan aku Fantasi liar yang tidak tahu diri dan tidak kenal arah Puan, usir Tuan ini dalam hidupku Penyagkalan dan penghindaran, hanya kepasrahan yang kini sudah ku lakukan

Dear me | 8/2/23 8:30 PM

 Semakin aku melihat, semakin aku mengerti semakin aku berjalan, semakin aku sadari bahwa kini diri tak lagi usang bahwa kini diri tak lagi buta segala damba dan harap yang diri tlah ucap ingin sekali diri ingin menggapainya walau dengan upaya yang kadang hilang kesana kemari diri yakin, diri ingin membuktikan membuktikan bahwasannya diri pantas mendapatkan yang lebih baik membuktikan bahwasannya diri pantas menadapatkan yang terbaik walau yang terbaik mungkin terburuk bagi mereka kini diri tak lagi perduli, karna diri harus percaya pada diri

Thoughts on Malam 2 Agustus 2023 | 8:42 PM

Belakangan ini, aku merasa " sparks " didalam diri yang menjunjung tinggi produktivitas, menjunjung tinggi hidup penuh harap dan mimpi telah redup.  Entah kenapa aku merasa seperti bukan diri ku, tapi masih diriku.  Banyak sekali yang mendasari hal ini terjadi, entah itu dari hubungan yang menimbulkan penuh keraguan dan kepedihan.  Entah itu dari kondisi uang yang mungkin dapat dikatakan cukup tidak baik, atau entah dari dilema yang mulai datang karena aku sudah berada diambang krisis.  Ya, agak cringe memang jika mendengar kata krisis.  Apalagi krisis yang kumaksud sebenarnya adalah krisis eksistensial, aku merasa sulit sekali keluar dari zona nyaman ini.  Aku merasa takut Aku merasa seperti pengecut untuk pertama kalinya dalam hidupku.  Aku merasa aku tidak berani melakukan hal-hal besar Aku meragukan kemampuan diri dan nilai diri ku, entah apa yang merasuki ku.  Seperti tidak imbang rasanya, benak ku ingin Aku untuk berleha-leha menjunjung ting...