Barasuara – Terbuang Dalam Waktu

Gejolak bara yang kurasa semakin menyala, dalam remangnya lampu di cafe sudut tempat biasa kamu singgah, aku berteriak berharap tidak berpapasan dengan hanyutnya matamu yang membutakan. Namun, leher tak kunjung berhenti melihat setiap sedikit pergerakan yang terjadi di garda terdepan tempat mungil ini. Apa yang kurasakan sesungguhnya tak bisa ku urai dalam kata dan kalimat yang pasti. Hangat mu membawa angin rindu yang menusuk namun membusuk. Dimana dirimu malam ini? Perempuan beruntung nan bodoh mana yang menemanimu hari ini? 

Pilu yang kamu rasa, ku coba balut dengan tawa dan riang nya diri ku. Namun pedih yang kurasakan saat ini, membuatmu membagikan tawa riang mu dengan mereka, dengan dia. Kemana perginya kamu saat aku membutuhkan kamu? Aku membutuhkan sosok mu untuk melerai lara yang kurasakan saat ini, mengurai gundah gelisah yang selalu bisa kau buat ringkas. Kejahatan yang telah kau bendung bersamaku, dapat kau ubah menjadi sebuah omong kosong dan makna tak berarti, Hebat ya dirimu.

Berpikir kamu bisa melakukan hal sesuka mu, melukai orang dekat mu dan berdalil itu semua sudah biasa, itu hanya urusan orang dewasa, kamu membuatku merasa bodoh. Sesuatu tentang dirimu yang tak kunjung luruh dalam benak dan hati ku, menanti sebuah keajaiban untuk bisa memutar waktu dan berharap semua kembali seperti semula. Sementara kamu, menebar jaring layaknya anjing birahi yang mengitari gang untuk mencari mangsa yang dapat dilahap tak peduli apa yang sudah kau perbuat.

Membenci mu bukan lah sebuah pilihan bagiku, karna hanya dengan mengingat apa yang sudah kau tebar membuat ku menggelengkan kepala dan menarik nafas panjang. Ingin rasanya melihatmu merasakan sakit yang aku rasakan, sakitnya di lempar bola api kemarahan, kesedihan, dan kebahagiaan. Semua menyatu menjadi ambigu, menapak rasanya sangat sulit untuk digapai. 

Aku tidak berusaha memaafkanmu, aku tidak berusaha mendendam padamu, apalagi aku tidak berusaha berharap kebahagiaan untuk mu. Aku hanya ingin kedamaian dan ketenangan, tak perlu menguras sedikit pun energi yang berharga dalam diriku untuk dirimu. Kamu tidak pantas mendapatkan apapun dari diriku. Hatiku, pikiranku, dan energiku. Semua akan ku biarkan berlalu, akan kubiarkan menjadi pelajaran yang menetap di masa lalu. Jangan mendekat atau pun kembali. Pergi dan enyah saja kamu. Tak peduli kematian atau kehampaan yang menghampiri, kamu pantas mendapatkan apapun yang akan datang padamu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sengsara adalah kamu

Teruntuk Diri

Bali, 2021