Teruntuk らいはん
Maafkan kemampuan ingatan ku yang kurang baik. Tak bermaksud angkuh, Aku luluh. Ternyata pertemuan kita tidak sesingkat itu, namun juga tak selama itu. Ku mengenal nama mu di kala kabut masih merasuki jiwa dan pikiranku. Lalu ratusan hari pun berlalu, kita kembali bertemu, di langit yang sama dengan suguhan yang sama, kabut yang dahulu sempat menyergapku sudah sirna pada saat itu.
Aku yang masih meratapi masa lalu ku sedang kamu yang sedang membina masa kini mu, sepertinya sulit untuk melebur. Aku tidak pernah lupa ketika kamu pernah berkata bahwa berterimakasih lah pada diriku karena sudah mau berusaha untuk menghapus kabut yang dahulu sempat berkelana di diriku. Entah semenjak malam itu, kali kesekian kita bertemu, ada sesuatu dalam diriku yang meronta untuk memujamu.
Semenjak itu, hari-hari terasa berlalu sangat lama, namun berlalu seperti jentikkan jari ketika kamu ada di dalam nya. Aku yang sedang berusaha sekuat tenaga menyembuhkan luka yang lama, merasa terkecoh dengan setiap sisi yang kamu tunjukkan, merasa runtuh dengan setiap kata yang kamu ucapkan, dan merasa hina dengan setiap tatapan yang kamu berikan.
Ya, luka semakin menjadi. Penyesalan semakin berapi, dan diri merasa semakin tak suci. Semakin Aku mengenal mu, semakin mengecil nyali ku tuk berharap padamu. Kawanmu berkata padaku "ah tidak mungkin dia bisa suka padamu, kau jauh dari tipenya". Segala kepercayaan diriku runtuh seketika, segala nurani yang ada lalu mengusap dan menenangi diri.
Jika ku boleh mengeluh dan menyesal dengan sejujurnya, Aku ingin sekali bicara, "Tidak akan mau Aku melakukan segala hal bodoh yang telah ku lakukan jika ku tahu kamu kan hadir". Namun, diatas segala perbedaan yang ada, kamu masih ada, kamu masih ku puja. Walau dalam diam.
Dengan sengaja ku lontarkan berbagai macam kalimat yang terucap tuk meyakinkan mu bahwa Aku tak suka padamu. Dengan sengaja pula Aku mencari-cari alasan untuk bisa terus berada dekat denganmu. Terdengar kontradiktif dan bodoh memang, namun yang kutuju adalah agar kamu tidak melihat diriku sebagai seseorang yang sedang mengejarmu.
Ya, Aku memang tidak sedang mengejarmu. Aku tidak pula sedang menunggumu. Aku sedang memuja mu, Aku sedang mengagumi mu, dan Aku senantiasa berharap hal-hal baik untukmu. Kamu yang selalu tidak ingin terlihat bahwa kamu sedang memikirkan banyak hal, kamu yang selalu tahu bagaimana cara menghadapi manusia penuh warna disekelilingmu, kamu dengan segala lelucon konyol mu, dan kamu dengan pemikiran tajam mu, berhasil menyandung ku.
Kamu sandung Aku tanpa beralasan. Kamu membuat Aku luluh tanpa sebab, namun apalah arti rasa jika bersyarat.
Aku bukanlah yang paling cantik, Aku bukanlah yang paling pintar, Aku juga bukanlah yang paling baik, ada banyak hal-hal buruk yang telah Aku lakukan, namun jika Kamu mengizinkan, adu lah ketulusanku.
Jika kita bersama, Aku dapat menjamin, dimasa yang akan datang akan ada banyak masa yang sulit, akan ada satu titik dimana kita ingin keluar dari satu sama lain, tapi Aku juga dapat menjamin, jika Aku tidak mengungkapkan apa yang kurasakan terhadap mu sekarang, Aku akan menyesalinya.
Komentar
Posting Komentar